Ibadah Natal RS UKRIDA “Raja Damai Lahir di Tengah Kegelisahan”
Post date 15 Januari 2025
Situasi dunia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Konflik pecah di sejumlah negara menyebabkan banyak orang kehilangan keluarga, kerabat, teman, pekerjaan, dan tempat tinggal; hingga anak-anak pun harus putus sekolah. Keamanan, kenyamanan, bahkan seluruh kehidupan mereka direnggut hanya dalam sesaat. Kemiskinan yang belum dapat ditanggulangi diperburuk dengan konflik yang terjadi beberapa tahun belakangan.
Apa yang terjadi di belahan dunia lain, secara tidak langsung tentu berdampak pada kehidupan kita, walau berjarak ribuan kilometer jauhnya. Apakah itu dampak secara ekonomi ataupun rasa kemanusiaan yang terusik melihat sesama yang menderita dan alam yang hancur dalam sekejap. Mungkin kita pun menjadi tidak tenang karena setiap hari membaca, mendengar, atau menyaksikan berita-berita yang jauh dari nuansa positif.
Berbagai peristiwa yang kita alami saat ini, bisa dikatakan serupa dengan masa ketika Yesus lahir. Pada masa kepemimpinan Kaisar Agustus, sang pemimpin yang bertangan besi, masyarakat berada di dalam tekanan, ketakutan, kekhawatiran, maupun kegelisahan. Contohnya ketika ia melakukan sensus penduduk, yang menjadi strateginya untuk mengumpulkan pajak dan mengokohkan kekuatan militernya.
Oleh karena itu, tema yang diangkat kali ini adalah “Raja Damai Lahir di Tengah Kegelisahan” dengan mengutip ayat dari Injil Lukas, yaitu Lukas 1:1-20. Melalui khotbahnya, Pendeta Doktor Rudi Zalukhu mengajak jemaat untuk mengingat kebaikan Tuhan yang lahir dalam wujud manusia, yaitu Yesus Kristus.
“Pesan dari Lukas, lahirnya Raja Damai ini memberikan pengharapan yang tidak dapat diberikan oleh dunia, di tengah kegelisahan. Hanya Allah yang bisa memberikan pengharapan tersebut. Jadi jangan sampai esensi Natal yang sesungguhnya ini hilang, yaitu bahwa Allah berinkarnasi dan hadir di tengah-tengah kita dalam wujud manusia sepenuhnya,” ujar pendeta yang melayani di Gereja Kristus Petamburan.
Yesus tidak lahir dalam kemewahan dan kenyamanan. Ia lahir di kandang domba dan dibaringkan di dalam palungan. Kehadiran-Nya bahkan secara langsung menyapa golongan masyarakat paling bawah kala itu, yaitu para gembala. Meski sangat sederhana, tapi kelahiran-Nya membawa sukacita dan pengharapan di tengah kegelisahan yang mendalam.
Poin inilah yang ingin diingatkan kembali oleh Pendeta Rudi, supaya kita yang hidup di tengah masa yang sulit seperti sekarang ini, tidak menjadi putus asa, melainkan tetap memiliki damai sejahtera, sukacita, dan pengharapan kekal.
“Mari kita memperbaharui komitmen kita di dalam Kristus, serta meneladani sikap dan hati Yesus yang penuh belas kasihan. Dengan begitu, orang lain bisa melihat Kristus yang ada di dalam kita,” ujarnya menutup khotbah sore itu.
Agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ibadah dan perayaan Natal 2024 RS UKRIDA diselenggarakan pada awal tahun yang baru, yaitu di hari Jumat, 10 Januari 2025. Namun, hal ini tidak menyurutkan sukacita di dalam setiap jemaat yang hadir.
Hampir satu bulan sebelumnya, tepatnya di tanggal 13 Desember 2024, RS UKRIDA mendapatkan kunjungan yang sangat menyenangkan dari pendeta dan jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gunung Sahari. Mereka mengajak pasien dan karyawan untuk beribadah bersama di Auditorium Seruni. Selain itu, mereka juga melakukan kunjungan dan berbagi berkat dengan pasien-pasien lainnya yang berada di ruang perawatan.
Dalam ibadah singkat pagi itu, Pendeta David Sudarto mengingatkan bahwa kita membutuhkan pertolongan dan tidak bisa sendiri. “Sumber pertolongan kita adalah Tuhan sendiri, dan Sang Penolong tidak pernah terlelap,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa rumah sakit ini mengemban misi penyelamatan, pekerjaan Tuhan, dan meneruskan pertolongan Tuhan. Landasannya adalah Yohanes 10:10 “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”*
Penulis Theresia J Christy Foto Dokumentasi RS UKRIDA
0812 1001 4977
