TERKINI &
PROMO
Home >Artikel > Kesehatan > Mengenal Kejang Demam pada Anak

...

Mengenal Kejang Demam pada Anak

 Post date 15 September 2018


Kejang demam adalah kejang disertai demam yang mengenai anak usia enam bulan sampai lima tahun yang bukan disebabkan oleh infeksi susunan syaraf pusat, melainkan demam tinggi akibat proses infeksi bakteri maupun virus. Ini seringkali terjadi karena infeksi saluran napas atas. 


Tipe Kejang Demam

Penggolongan tipe kejang demam didasari oleh sifat, durasi (lama terjadinya kejang), dan tingkat kesadaran anak selama terjadi kejang. 

Kejang demam sederhana berlangsung kurang dari lima belas menit, umumnya kejang terjadi pada seluruh tubuh, kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam, dan umumnya kejang demam sederhana akan berhenti sendiri. Dari semua kasus kejang demam pada anak, delapan puluh persen di antaranya merupakan kejang demam sederhana. 

Kejang demam kompleks adalah kejang yang terjadi selama lebih dari lima belas menit, berlangsung hanya pada satu sisi tubuh atau suatu bagian tubuh, dan berulang lebih dari satu kali dalam kurun waktu 24 jam. 


Faktor Risiko

Faktor genetik. Anak dengan ibu yang memiliki riwayat kejang demam, berisiko tiga kali lebih besar mengalami kejang demam, dibanding anak normal.

Infeksi. Infeksi yang paling sering menyebabkan kejang demam pada anak adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan infeksi pada telinga.

Demam sangat tinggi. Demam di atas 39 derajat juga berpengaruh pada tingkat kejadian kejang demam. 


Faktor yang Mempengaruhi Kejang Demam Berulang

Jenis kelamin. Umumnya terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. 

Usia. Kejadian kejang demam umumnya lebih tinggi pada usia muda yaitu kurang dari dua belas bulan, karena perkembangan otak anak belum matang, sementara mereka juga sangat rentan terhadap perubahan suhu yang mendadak.

Keturunan. Pasien dengan riwayat keluarga kejang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan anak tanpa riwayat kejang pada keluarga.


Penanggulangan Kejang Demam 

Tetap tenang dan tidak panik.

Baringkan anak di tempat yang aman.

Lepaskan baju, terutama jika pakaian tersebut ketat. Tujuannya untuk mempermudah pernapasan anak supaya tidak tercekik.

Miringkan posisi anak agar makanan, minuman, maupun muntah yang keluar tidak membuatnya tersedak.

Hindari memasukkan benda ke mulut anak, karena dapat berisiko menyebabkan perlukaan saluran napas.

Lakukan pengamatan pada kejang anak (seluruh tubuh atau hanya sebagian) dan catat durasi kejang.

Periksa suhu dengan menggunakan termometer, lalu catat, agar dapat dilaporkan ke dokter. 

Apabila anak pernah mengalami kejang sebelumnya, dan dokter sudah membekali obat anti kejang yang diberikan melalui dubur, gunakan obat itu terlebih dahulu. Namun jangan berikan obat ini kalau kejang telah berhenti. Jika belum membaik atau kejang berlangsung lebih dari lima menit, segera bawa anak ke unit gawat darurat.



FAQs 

Apakah kejang demam berbahaya?

Walau tampak menakutkan, kejang demam tidak berbahaya, tidak merusak otak, dan tidak menganggu kecerdasan anak. Pada umumnya, kejang pada anak akan menghilang seiring bertambahnya usia.


Apakah kejang demam dapat menyebabkan kecacatan dalam kemampuan berpikir?

Sampai sekarang, belum pernah ada laporan mengenai kejadian kecacatan yang diakibatkan kejang demam. Artinya perkembangan berpikir anak tetap normal, bahkan sebagian besar anak yang pernah mengalami kejang demam dapat tumbuh secara optimal.


Bagaimana cara mencegah kejang demam timbul kembali?

Pertama-tama dengan menurunkan suhu tubuh apabila anak demam. Yaitu dengan memberikan obat penurun panas, misalnya parasetamol atau ibuprofen. Obat dengan bahan aktif asam asetilsalisilat perlu dihindari, karena obat tersebut dapat menyebabkan efek samping serius pada anak. Selain itu, kompres anak dengan air hangat, khususnya di dahi, ketiak, dan lipatan siku.


Apakah semua kejang yang terjadi pada saat demam merupakan kejang demam?

Tidak, terlebih jika terjadi pada anak dengan usia kurang dari lima bulan dan lebih dari enam tahun. Kejang yang terjadi pada saat demam dapat terjadi karena peradangan pada selaput otak (meningitis) maupun pada otak (ensefalitis).


Bagaimana cara membedakan kejang demam dengan kejang akibat meningitis dan ensefalitis? 

Penyakit meningitis dan ensefalitis akan menunjukkan gejala lain selain demam dan kejang. Pada meningitis muncul gejala sakit kepala, terganggu oleh sorotan cahaya atau suara yang keras, muntah, kesusahan untuk bangun dari tidur, dan menangis dengan suara melengking. Sementara pada ensefalitis, dapat juga dijumpai bercak pada tubuh dan kesulitan melihat karena kerusakan saraf.


Kapan harus segera dibawa ke rumah sakit?

Apabila kejang berlangsung selama lebih dari sepuluh menit, berulang, atau kejang disertai gejala sesak napas, leher kaku, muntah, dan anak tampak sangat lemas, maka segera panggil ambulans atau bawa anak ke rumah sakit terdekat. 


Apakah imunisasi boleh diberikan pada anak yang pernah mengalami kejang demam?

Sejauh ini tidak ada kontraindikasi (kondisi yang menyebabkan pencegahan tindakan medis karena bahaya yang mungkin terjadi) untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang telah mengalami kejang demam. 


Apakah boleh menahan atau mengikat anak pada saat kejang?

Sangat tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan anak mengalami dislokasi (pergeseran) sendi maupun patah tulang.


Bolehkah mengganjal mulut anak dengan sendok saat ia mengalami kejang demam? 

Tidak direkomendasikan, karena akan berdampak pada kerusakan gigi dan kerusakan rongga mulut anak.


Apakah pemeriksaan gelombang otak (Electroencephalogram/ EEG) dianjurkan untuk kejang demam?

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang pada pasien kejang demam, jadi tidak terlalu dianjurkan, kecuali kejang terjadi berulang selama demam.


Fakta mengenai Kejang Demam

Kejang demam terjadi pada dua hingga empat persen dari populasi anak usia enam bulan sampai lima tahun.

Kejang pertama terbanyak di antara umur 17-23 bulan.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Ada anak yang kejang pada suhu 38 derajat, ada pula yang baru mengalami kejang pada suhu 40 derajat celcius. 

Kejang demam menjadi salah satu penyebab tersering anak masuk ke rumah sakit  secara darurat. 

Bila kejang demam sederhana pertama kali terjadi pada usia kurang dari dua belas bulan, maka risiko untuk terjadi kejang kedua sebesar lima puluh persen. Apabila kejang pertama kali terjadi pada usia lebih dari dua belas bulan, risiko terjadi kejang menurun menjadi tiga puluh persen.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengemukakan, lebih dari sembilan puluh persen kasus kejang demam terjadi pada anak usia di bawah lima tahun, dengan rentang usia enam sampai 22 bulan. Sementara angka kejadian tertinggi kejang demam terjadi pada anak usia delapan belas bulan. 

Setelah kejang demam pertama, dua sampai empat persen anak akan mengalami epilepsi dan risiko ini meningkat sebanyak empat kali dibandingkan dengan populasi umum kejang demam di Indonesia. 

Mitos mengenai pemberian kopi untuk meghentikan kejang demam tidak dianjurkan dan tidak berguna, sebab metabolisme tubuh anak belum sempurna. Artinya, proses pengeluaran kafein di dalam tubuh pun lebih lambat.


Penulis dr. Valerie Viola, Dokter Internship dan Alumni Fakultas Kedokteran UKRIDA Editor Theresia J Christy Foto Pixabay

 


RS UKRIDA dinaungi oleh PT Upadana Krista Dipta Arjasa
Jl. Arjuna Utara No. 7G, Jakarta Barat