TERKINI &
PROMO
Home >Artikel > Kesehatan > Hidup Merdeka Tanpa Narkoba

...

Hidup Merdeka Tanpa Narkoba

 Post date 26 Juli 2024


Penggunaan narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (narkoba) dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh, seperti otak, mata, dan liver. Dalam banyak kasus, penggunanya bahkan meninggal dunia akibat overdosis. 
Amat disayangkan karena hingga saat ini, jumlah pengguna narkoba di Indonesia masih mencapai angka jutaan orang. Sebenarnya, jumlah ini sudah mengalami penurunan, jika kita membandingkan antara tahun 2021 dan 2023. Namun, dengan adanya jumlah pengguna yang masih sangat besar tersebut, artinya kita masih harus berjuang untuk terus menekan laju pertambahan pengguna narkoba. 
Oleh karena itu, masih dalam kerangka peringatan Hari Anti Narkoba Sedunia yang jatuh pada 26 Juni lalu, mari kita mengulik segala hal yang terkait dengan narkoba secara lebih mendalam bersama dr. Fenny Kurniawan, Sp. KJ, yang berpraktik di Rumah Sakit UKRIDA. Harapannya, kita tidak hanya semakin memahami, tapi bisa hidup merdeka tanpa narkoba.   
 
Kapan seseorang disebut pecandu narkoba? 
Seseorang dikatakan kecanduan ketika ia mengalami ketergantungan fisik dan psikologis terhadap narkoba, yang membuat orang itu memiliki keinginan untuk menggunakannya dan ini sulit dikendalikan, walaupun ia telah mengetahui konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. 
 
Apa saja yang termasuk ke dalam narkoba? 
Narkoba merupakan zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis ataupun semisintetis. Berdasarkan cara kerjanya, narkoba dikategorikan sebagai depresan (obat yang menyebabkan perasaan rileks dan tenang), stimulant (obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan kewaspadaan), dan halusinogen (obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi). Contohnya seperti morfin, heroin, putaw, alprazolam, tramadol, sabu, amfetamin, kokain, ganja, bunga kecubung, dan ekstasi.
 
Ciri-ciri pecandu narkoba? 
Tanda-tanda umum pada orang yang sudah kecanduan narkoba (adiksi), yaitu memiliki keinginan kuat untuk menggunakan narkoba; kehilangan kontrol atas penggunaannya; terjadi peningkatan toleransi (dosisnya semakin lama semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama); ada gejala putus zat (depresi, gelisah, lemas, dan kelelahan) saat penggunaannya dihentikan atau dikurangi; menghabiskan banyak waktu untuk mencari, menggunakan, atau pulih dari efek narkoba sehingga mengabaikan kegiatan lain; mengabaikan tanggung jawab; tetap menggunakan walaupun menyadari sudah ada dampak negatif di kehidupannya.
 
Hal apa saja yang memicu seseorang untuk menggunakan narkoba? 
Pemicunya sangat kompleks dan biasanya bervariasi. Pertama, faktor diri sendiri, meliputi keingintahuan (rasa penasaran); bentuk pelarian dari masalah; menghindari stres atau masalah lainnya; keinginan untuk bisa diterima di kelompok tertentu; atau bisa juga karena memiliki masalah atau gangguan psikologis tertentu seperti cemas, depresi, bipolar, dan post-traumatic stress disorder/ PTSD (gangguan stres pasca trauma). Kedua, faktor akses/ ketersediaan narkoba, mencakup kemudahan dalam mendapatkan, baik secara langsung atau melalui internet; harga yang terjangkau; dan kurangnya regulasi. Ketiga, faktor lingkungan seperti lingkungan sosial di mana banyak yang menggunakan narkoba; adanya masalah dalam keluarga; riwayat penyalahgunaan zat adiktif dalam keluarga; pengaruh dari media dan iklan.
 
Mengapa seseorang bisa mengalami kecanduan, sementara yang lainnya hanya menggunakan tapi tidak menjadi pecandu?
Setiap orang itu unik, memiliki aspek kehidupan yang bervariasi dan kompleksitasnya sendiri, akibat dinamika dan interaksi dari berbagai faktor di dalam hidupnya. Faktor yang saling berinteraksi tersebut di antaranya adalah faktor genetika, faktor psikologis, faktor sosial, dan sifat dari narkoba yang digunakan. Contoh faktor genetika adalah adanya riwayat adiksi dalam keluarga, sehingga seseorang lebih rentan mengalami kecanduan. Sementara faktor psikologis meliputi kepribadian, daya tahan mental, dan kondisi kesehatan mental. Lalu, faktor sosial mencakup ekonomi, budaya, aksesibilitas, dukungan orang sekitar, teman, keluarga, serta komunitas. Terakhir, sifat dari narkoba yang digunakan. Ada beberapa zat yang memiliki daya candu lebih kuat dibandingkan yang lainnya. Hal-hal inilah yang bisa membuat satu orang kecanduan sementara yang lainnya tidak. 
 
Risiko apa saja yang dialami pecandu narkoba?
Kecanduan pada narkoba tidak hanya menjadi masalah individu, tapi juga meluas dan memengaruhi sekitarnya. Risiko-risiko yang mungkin terjadi antara lain, kesehatan fisik, kesehatan mental, sosial dan hubungan interpersonal, ekonomi, dan hukum. Yang dimaksud dengan risiko kesehatan fisik adalah munculnya penyakit menular seperti human immunodeficiency virus (HIV)/ acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), hepatitis, infeksi, kerusakan organ-organ tubuh, gangguan saraf dan otak, hingga overdosis dan kematian. Dari sisi kesehatan mental, narkoba dapat merusak keseimbangan zat kimia di otak sehingga memengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi mental seseorang, misalnya timbul psikosis (kondisi yang menyebabkan penderitanya sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi), depresi, cemas, dan tidak bisa mengendalikan kemarahan. Risiko sosial dan hubungan interpersonal yang mungkin terjadi ialah merusak hubungan dengan teman, pasangan, dan keluarga, akibat konflik atau perilaku yang tidak stabil. Selain itu, dapat juga membuat seseorang mengisolasi diri, kehilangan dukungan, dan sulit mempertahankan hubungan yang sehat. Dari segi ekonomi, seorang pecandu narkoba bisa mengalami kerugian finansial yang signifikan karena biaya pengadaan narkoba dan perawatan kesehatan yang diperlukan akibat efek dari narkoba. Ia juga lebih rentan kehilangan pekerjaan karena penurunan produktivitas atau sulit mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Terakhir, risiko secara hukum. Seperti kita tahu, pengguna narkoba bisa dipidana akibat perbuatannya. 
 
Bagaimana cara menghentikan kecanduan pada narkoba? 
Menghentikan kecanduan adalah proses yang kompleks, yang membutuhkan komitmen yang kuat dan dukungan dari berbagai sumber. Agar dapat berhenti, pertama-tama seseorang perlu untuk mengakui, sadar, dan menerima adanya masalah dan dampak negatif dari narkoba, kemudian berkomitmen untuk berubah. Adanya dukungan sosial untuk terus memberikan motivasi selama proses pemulihan juga sangat penting. Selain itu, dibutuhkan perubahan gaya hidup menjadi positif seperti menjaga pola makan, olahraga teratur, melakukan hobi dan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang, supaya terhindar dari risiko penggunaan kembali. Ia juga harus bisa menghindari situasi-situasi yang dapat memicu keinginan menggunakan narkoba, misalnya tempat di mana penggunaan narkoba sering terjadi. Mencari bantuan profesional untuk menentukan rencana perawatan yang tepat dan menambahkan dukungan selama pemulihan, tentunya juga diperlukan. Lalu, jika dibutuhkan, detoksifikasi medis dilakukan untuk membersihkan tubuh dari sisa-sisa zat berbahaya, di samping terapi dan konseling untuk memperkuat daya tahan mental, pengembangan strategi dalam menghadapi masalah, dan membangun keterampilan yang diperlukan untuk menjalani hidup bebas narkoba.
 
Terapi apa yang diberikan pada pecandu narkoba?
Banyak terapi yang tersedia untuk menghilangkan kecanduan narkoba. Terapi biasanya dirancang spesifik tergantung kebutuhan dari tiap-tiap individu. Beberapa jenis terapi yang umum dilakukan antara lain, terapi kelompok yang melibatkan pertemuan rutin dengan individu lain yang mengalami masalah serupa, terapi individu, terapi kognitif perilaku/ cognitive behaviour therapy (CBT), terapi peningkatan motivasi/ motivational enhancement therapy (MET), dan terapi dialektikal perilaku/ dialectic behaviour therapy (DBT).
 
Tahapan apa saja yang tercakup dalam program rehabilitasi dari kecanduan narkoba?
Tahapan umum biasanya meliputi evaluasi atau penilaian secara menyeluruh terhadap individu yang mengalami kecanduan, detoksifikasi dan perawatan medis (jika diperlukan), terapi dan konseling, peningkatan keterampilan hidup, dukungan pasca rehabilitasi, pemantauan serta perawatan lanjutan pasca rehabilitasi untuk membantu individu menjaga keberhasilan pemulihan mereka.
 
Apakah seseorang bisa sembuh total dari kecanduan narkoba?
Ya. Adiksi/ kecanduan narkoba dapat dipulihkan.
 
Berapa lama seseorang bisa sembuh dari kecanduan?
Tidak ada jawaban pasti mengenai hal ini. Durasi untuk pulih bervariasi, tergantung dari berbagai faktor, termasuk tingkat keparahan adiksi, seberapa sering kambuh, jenis narkoba yang dipakai, ketersediaan dukungan sosial, kondisi kesehatan fisik dan mental, serta komitmen untuk pulih.
 
Bagaimana pendapat Dokter mengenai isu legalisasi ganja?
Untuk saya pribadi, legalisasi mengacu pada status hukum, sehingga penting untuk mengetahui kejelasan dari hukum yang mau dibuat, sejauh mana cakupan hukumnya, siapa yang akan menjaga ketat hukum tersebut, bagaimana transparansi dan akuntabilitas orang yang menjaga hukum tersebut. Perdebatan ini tidak mudah karena banyak sekali aspek yang perlu ditinjau. Ganja memang memiliki manfaat medis bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan, misalnya pada gangguan kejang, mual akibat kemoterapi, dan nyeri kronis yang tidak dapat menggunakan obat lain. Namun, ganja termasuk tanaman yang relatif lebih mudah untuk dibudidaya daripada zat kimia seperti obat-obatan, sehingga tentu meningkatkan kerentanannya disalahgunakan atau digunakan hanya untuk bersenang-senang (mirip dengan zat atau obat lain yang tergolong narkoba seperti morfin, tramadol, alkohol, bahkan rokok). Saya pikir, ada baiknya jika bisa meyakinkan bahwa legalitas ganja di Indonesia membuka peluang agar ganja boleh dipergunakan hanya bagi mereka yang membutuhkan secara medis. Namun, saya ingin menekankan sekali lagi bahwa ini sangat berbahaya jika hukumnya samar, termasuk budidayanya, kualitas, kriteria penggunaannya, distribusi, dan penjagaannya tidak jelas atau rentan dipermainkan oknum tertentu.
 
Tingkat penggunaan narkoba di kalangan remaja dan pemuda Indonesia saat ini? 
Berdasarkan survei, terjadi penurunan penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari 1,95 persen di tahun 2021 menjadi 1,73 persen di tahun 2023. Walau terlihat poinnya berkurang, tapi artinya masih ada sekitar empat juta penduduk yang terpapar narkoba.
 
Cara mengendalikan laju pertumbuhan angka pengguna narkoba? 
Perlu pendekatan yang menyeluruh dengan adanya kerja sama antar lembaga dan sektor, baik pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), sektor kesehatan, sektor pendidikan, sektor hukum, dan masyarakat sipil, untuk bersama-sama mengatasi masalah penggunaan narkoba. Langkah awal yang dapat dilakukan mungkin dengan adanya kampanye publik dan pendidikan tentang risiko narkoba, untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya narkoba, yang bisa dimulai dari dalam keluarga. Ini sebagai bentuk dukungan dan keterlibatan keluarga untuk melindungi anggota keluarganya dari penyalahgunaan narkoba.*
 
Editor Theresia J Christy Foto Pixabay 


RS UKRIDA dinaungi oleh PT Upadana Krista Dipta Arjasa
Jl. Arjuna Utara No. 7G, Jakarta Barat