TERKINI &
PROMO
Home >Artikel > Kesehatan > Diare pada Anak

...

Diare pada Anak

 Post date 15 November 2019


Diare merupakan penyumbang utama kematian bayi dan balita (anak usia satu bulan sampai kurang dari lima tahun) di Indonesia. Bisa dibilang, ini merupakan kenyataan yang mengejutkan, karena diare sebenarnya bisa dengan mudah dicegah dan diobati. Jadi, amat disayangkan jika para orangtua tidak cukup memahami hal tersebut, hingga akhirnya banyak anak harus meninggal akibat diare.  Satu hal yang semestinya mereka ketahui adalah diare dapat menyebabkan dehidrasi atau berkurangnya cairan tubuh. Oleh karena itu, ketika anak mengalami diare, harus segera mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan terdekat. Kalau sampai terlambat sehingga kondisi anak memburuk, bisa berdampak fatal, yaitu kematian.
Untuk mengenal penyakit tersebut, saya akan menyampaikan sejumlah informasi dalam bentuk pertanyaan dan jawaban seperti berikut ini.  Semoga semakin mudah untuk dipahami.


Bagaimana ciri anak yang mengalami diare?

Seorang anak dikatakan mengalami diare apabila anak buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi yang lebih lunak dari biasanya. Namun, pada bayi yang masih diberi air susu ibu (ASI), frekuensi BAB lebih sering dibanding bayi yang tidak minum ASI. 

 

Apa penyebab diare?

Diare bisa terjadi karena gangguan pada proses absorbsi (penyerapan), sekresi (pengeluaran), dan osmolalitas (jumlah keseluruhan partikel yang larut dalam larutan) di usus, serta epitel (dinding usus) akibat dirusak oleh virus, bakteri, maupun jamur.


Apakah diare berbahaya?

Diare menjadi berbahaya apabila tidak ditangani dengan baik, karena diare menyebabkan dehidrasi. Patut diingat bahwa persentase air dalam tubuh anak lebih besar dibanding orang dewasa, yang memiliki luas permukaan tubuh lebih besar dan kandungan lemak yang lebih sedikit, jika dibandingkan dengan anak-anak. Pada anak-anak, volume air total dalam tubuh mencapai 65-80 persen dari berat badan, di usia satu tahun pertama. Persentase ini akan berkurang seiring bertambahnya usia, yaitu menjadi 55-60 persen saat remaja. Jadi, ketika kadar air dalam tubuh anak berkurang, maka keseimbangan mineral-mineral dalam tubuh mereka juga terganggu. Akibatnya, fungsi organ dan jaringan tubuh tidak bisa bekerja optimal. Selain itu, dehidrasi juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang lebih serius seperti kerusakan otot, cerebral edema (pembengkakan otak), kejang, hingga syok tekanan darah rendah yang bisa menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) atau bahkan kematian.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
Bagaimana ciri anak yang mengalami dehidrasi? 

Dehidrasi dibagi menjadi dua yaitu dehidrasi ringan atau sedang, dan dehidrasi berat. Anak dikatakan mengalami dehidrasi ringan /sedang, jika mempunyai dua atau lebih tanda berikut. Yaitu anak menjadi rewel (karena tidak dapat menyampaikan keluhannya), gelisah, mata cekung, minum dengan lahap, cubitan kulit lambat kembali, dan anak terlihat haus. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak akan tampak tidak sadar, mata terlihat cekung, tidak bisa minum atau malas minum, dan cubitan kembali sangat lambat (lebih dari dua detik). Jika tidak segera ditangani, bayi dapat menjadi lemas, cenderung tidur, dan tidak responsif. Dehidrasi pada anak perlu cepat diidentifikasi dan ditangani, karena dehidrasi berat yang berlanjut menjadi syok dapat mengancam nyawa. Jadi, apabila gejala di atas ditemukan pada anak, segera bawa ke rumah sakit karena anak membutuhkan pemberian cairan melalui infus.


Pertolongan pertama apa yang bisa dilakukan orang tua bila anak mengalami diare?

Kenali tanda dehidrasi, tentukan apakah anak mengalami diare tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat. Pertolongan yang dapat diberikan pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi adalah pemberian cairan tambahan seperti ASI dan larutan oralit. Selain itu, dapat juga diberikan cairan seperti air sup, sayur bening, dan air tajin (air yang didapat dari menanak nasi). Air minum saja tidak cukup karena air minum tidak mengandung elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Sedangkan pertolongan yang dapat diberikan pada anak dengan dehidrasi sedang adalah pemberian larutan oralit. Untuk anak usia kurang dari satu tahun yaitu seperempat sampai setengah gelas setiap diare, untuk anak usia lebih dari 1 tahun hingga empat tahun, berikan setengah hingga satu gelas setiap diare, lalu pada anak di atas lima tahun, berikan satu sampai satu setengah gelas tiap kali diare. Namun, apabila ditemukan gejala menjadi lemas, cenderung tidur, dan tidak responsif, artinya anak dalam kondisi dehidrasi berat. Maka harus segera dibawa ke rumah sakit.


Apa itu oralit?

Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang terbuang selama anak mengalami diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Oralit bisa diperoleh di kader (tenaga kesehatan yang dipilih oleh dan dari masyarakat untuk mengembangkan kesehatan masyarakat), pos pelayanan terpadu (posyandu), rumah sakit, apotek, dan toko obat.


Bagaimana cara mencegah diare?

Pemberian ASI baik pada bayi karena IgA (immunoglobulin) yang terkandung dalam ASI dapat melindungi dinding usus 

Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air sampai bersih (sebelum makan, sebelum menyusui, setelah buang air besar,       sesudah membuang tinja/ kotoran anak, sebelum menyiapkan makan anak, sebelum menyuapi anak)

Selalu gunakan air bersih

Cuci peralatan makan dan minum dengan baik dan benar

Semua anggota keluarga BAB di jamban yang sehat


Penulis dr. Valerie Viola, Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Editor Theresia J Christy Foto Pixabay


RS UKRIDA dinaungi oleh PT Upadana Krista Dipta Arjasa
Jl. Arjuna Utara No. 7G, Jakarta Barat