TERKINI &
PROMO
Home >Artikel > Manajemen > Rumah Sakit Pendidikan yang Utuh

...

Rumah Sakit Pendidikan yang Utuh

 Post date 2 Mei 2022


Saya bertumbuh dengan menonton program televisi seperti “ER” dan “Chicago Hope”. Meski berasal dari karya fiksi, kedua lakon tersebut memberikan impresi yang mendalam tentang betapa mulianya menjadi tenaga kesehatan baik dokter, perawat, hingga staf administrasi di sebuah rumah sakit. Interaksi antara tokoh dr. Mark Greene dan koas John Carter yang terkadang kaku tapi sebenarnya penuh perhatian, memberikan satu gambaran awal tentang proses pendidikan di dalam rumah sakit, yaitu pentingnya hubungan antar insan yang terlibat di dalamnya. Tidak perlu selalu harmonis tapi ketulusan, keinginan untuk belajar, keteladanan menjadi unsur yang penting.
Tentunya, lain drama lain realita. Saya menempuh pendidikan profesi di sebuah rumah sakit pemerintah, yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Di rumah sakit inilah, saya memperoleh pengalaman nyata di rumah sakit pendidikan. Boleh dibilang, saya termasuk orang yang menggebu-gebu untuk masuk ke rumah sakit tersebut. Keinginan yang kuat untuk menikmati kehidupan di RS Pendidikan yang konon seram itu menjadi salah satu alasan, karena bagi saya, inilah fasilitas layanan kesehatan yang cukup ideal. Pada kenyatannya, fasilitas di sana terbatas, tenaga kesehatan yang overwhelmed, dan beban finansial untuk tindakan kesehatan seringkali menyebabkan layanan yang diberikan jauh dari ideal. 
Saya menyaksikan dan berujung pada kesimpulan bahwa betapa pun hebatnya seorang dokter dan walau sudah sedemikian berpengalaman, ia bukan Tuhan. Begitu juga dengan paramedis, bagaimana pun baiknya, ia bukan malaikat. Semua orang yang bekerja di rumah sakit adalah manusia dengan emosi, dengan masalah pribadi, dengan kebutuhan dan kelemahan yang nyata.
Teladan yang saya dapatkan menjadi sangat beragam mulai dari yang nyaris tidak peduli kepada pasien sama sekali hingga beberapa “manusia langka” yang dedikasinya melebihi panggilan tugas, mereka melihat kebutuhan pasien sebagai sesama manusia. 
Alhasil, pengalaman selama dua tahun tersebut telah memberikan gambaran riil tentang layanan rumah sakit, serta proses pendidikan kesehatan yang terjadi di RS Pendidikan. Tidak ideal tapi nyata, yaitu bagaimana kesulitan, tekanan, dan pergumulan tenaga kesehatan dalam memberikan layanan dan pengajaran kepada penerusnya.
Pengalaman itu juga membentuk suatu gambaran utuh tentang RS Pendidikan. Lingkungan yang egaliter dan jiwa kesejawatan yang kental, menjadi satu komponen penyatu dari berbagai fungsi RS Pendidikan. Hubungan yang egaliter dengan didasari pemahaman yang kuat tentang fungsi dan tanggung jawab antar profesi baik dokter konsulen, spesialis, umum, perawat, analis, administrasi, cleaning service, maupun manajemen akan memberikan udara segar dalam atmosfer pendidikan di sebuah Teaching Hospital.
Saya juga belajar bahwa riset menjadi satu fondasi yang wajib hadir dan dikembangkan di dalam suatu RS Pendidikan. Bukan riset yang dipaksa untuk dilaksanakan demi memenuhi persyaratan tertentu, tapi riset yang timbul dari keingintahuan yang sehat dan kebutuhan perbaikan layanan yang mendesak; riset yang terlaksana dengan inisiasi dari berbagai personil rumah sakit tidak terbatas dari profesi tertentu saja, sehingga semua pihak bisa melakukan pemecahan masalah berbasis data yang dilakukan melalui penelitian yang terjaga kaidah ilmiahnya, serta menghasilkan kemajuan bagi kualitas layanan rumah sakit dan keamanan pasien.
Kemudian, perihal layanan kemanusiaan. Ini menjadi fondasi berikutnya yang perlu mendasari semua sendi kehidupan RS Pendidikan. Keterbatasan sumber daya, keahlian, ataupun kemampuan finansial dari pasien harus bisa dicarikan jalan keluar yang (secara realistis) terbaik. Kebutuhan rumah sakit untuk bisa mengatasi biaya operasionalnya tidak lantas mendorong layanan rumah sakit melupakan dasar kejujuran, keterbukaan, dan misi kemanusiaan yang wajib hadir. 
Layanan medis/ kesehatan yang berdasarkan keilmuan yang benar menjadi fondasi ketiga yang harus mendasari keseluruhan layanan rumah sakit. Staf yang mampu, paham, dan bisa mengomunikasikan layanan yang diberikan, harus dihadirkan dan terus dikembangkan. Pengembangan kualitas dan jenis layanan perlu terus berjalan secara rutin sehingga rumah sakit akan bertumbuh seiring waktu berjalan, semakin besar dan sehat seperti pohon aras (cedar) yang semakin kokoh.
Lalu, bagaimana dengan RS UKRIDA? Di usianya yang masih dini, rumah sakit ini sedang bertumbuh untuk menjadi RS Pendidikan yang suatu saat akan bisa memenuhi kebutuhan UKRIDA dan masyarakat. Fondasi riset, humanisme, layanan medis berkualitas, dengan lingkungan yang egaliter dan nilai-nilai kekristenan yang dipegang, diharapkan bisa terus hadir dan memberikan identitas unik dalam perkembangan RS UKRIDA sebagai RS Pendidikan yang utuh.*
 
*Artikel ini dipublikasikan di Buletin UKRIDA Impact Edisi 3 Mei-Juni 2022
 
Penulis dr. Eka Widrian Suradji, PhD-Direktur RS UKRIDA Editor Theresia J Christy Foto Dokumen RS UKRIDA 


RS UKRIDA dinaungi oleh PT Upadana Krista Dipta Arjasa
Jl. Arjuna Utara No. 7G, Jakarta Barat